Budianto Kurir Sabu 23 Kilogram, Terancam Hukuman Mati

Rony Bahmari : Terlalu berat tuntutan yang diberikan jaksa
IS, SURABAYA – Jaksa Penuntut Umum (JPU) Ahmad Muzakki menuntut Budianto alias Irwan pengedar narkotika hukuman mati. Tuntutan itu diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) lantaran Budianto kedapatan memiliki narkotika jenis sabu seberat 23 kilogram serta ekstasi sebanyak 15 ribu butir.
“Terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana pengedaran narkotika golongan I. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana mati dengan perintah terdakwa tetap ditahan,” kata A Muzakki, dalam persidangan di Pengadilan Negeri Surabaya, Kamis (1/4).
Budianto ditangkap di Apartemen Gunawangsa Manyar, Jalan Menur Pumpungan pada 10 September 2020. Saat digrebek, terdakwa bersama M Fajar Rizky Lillah. Sayang Fajar berusaha melarikan diri hingga akhirnya ditembak dan meninggal dunia.
“Penangkapan itu berawal dari informasi warga masyarakat, serta transaksi yang terjadi di hotel Tunjungan. Saat di hotel, mereka cuman mengambil barang. Dari situ terdakwa mulai diikuti oleh tim kepolisian,” tambahnya.
Saat transaksi di hotel Tunjungan, sabu seberat 23 kilogram didapatkannya. Serta ekstasi sebanyak 2.945 butir. Barang tersebut diambil atas perintah M Fajar Rizky Lillah. Bahkan, Fajar juga yang mencarikan hotel untuk menjadi tempat transaksi.
Setelah mendapatkan kamar hotel, Fajar lalu menghubungi terdakwa melalui aplikasi Blackbarry Massager (BBM). Kemudian terdakwa datang ke hotel tersebut dengan membawa ransel, lantas masuk ke kamar yang telah dipesan.
Setelah itu, terdakwa keluar dari kamar tersebut. Tapi pintu kamar tidak ditutup rapat. Diganjal menggunakan kertas. Beberapa saat setelah terdakwa keluar, Fajar kembali menghubungi terdakwa. Memberitahu kalau ada orang yang masuk ke dalam kamar tersebut.
Terdakwa pun kembali ke kamar untuk melakukan transaksi. Tak butuh waktu lama, orang tersebut lalu meninggalkan kamar tadi. Terdakwa lalu memfoto sabu dan ekstasi yang telah ia peroleh. Lalu melaporkan kepada Fajar.
“Dalam hal ini, peran terdakwa adalah hanya sebagai pengirim barang dengan cara membagi-bagi. Dan menyiapkan sabu dan ekstasi yang sudah siap untuk dikirim. Selanjutnya menunggu perintah dari Fajar,” terangnya.
Dari pekerjaan tersebut, terdakwa mendapatkan upah dari Fajar sebesar Rp 25 juta. Paling banyak ia diberikan Rp 50 juta. Setelah itu barang tadi diantar atau dijual dengan cara meranjau. Selanjutnya tersangka ke Apartemen Gunawangsa Manyar.
Saat itulah, tim dari Polrestabes Surabaya melakukan penggrebekan. Dari penggeledahan tersebut, didapat dua koper berbeda warna. Satu koper berwarna hitam berisikan 32 bungkus plastik berisikan sabu. Setiap bungkus beratnya 522 gram. sehingga beratnya total 16,700 kilogram.
Selain itu ada juga tujuh bungkus teh hijau yang juga isinya sabu. Setiap tempat memiliki berat satu kilogram. Juga ditemukan tiga plastik berisikan pil merah yang diduga ekstasi. Dua plastik berisikan 5 ribu butir. Satu lagi terdapat 4.700 butir.
Tidak hanya itu ada lagi lima plastik. Masing-masing berisikan serbuk warna hijau dengan berat 82,64 gram. Serbuk warna coklat dengan berat 91,64 gram. Serbuk orange dengan berat 53,40 gram. Serbuk warna biru dengan berat 21,52 gram. Serbuk warnah merah maron seberat 11,56 gram. Semua serbuk itu diduga narkotika jenis ekstasi.
“Semua barang bukti itu sudah disita. Selanjutnya akan dimusnahkan,” ungkapnya.
Penasihat Hukum terdakwa Rony Bahmari tidak terima dengan putusan tersebut. Pihaknya akan melakukan pembelaan (Pledoi) dalam persidangan selanjutnya,
“Terlalu berat tuntutan yang diberikan jaksa,” tandasnya. (Mac)