Profil Kapolda Lampung Irjen Pol Helmy Santika, Mister Police Man yang Humanis dan Berdedikasi Tinggi

JAKARTA, IS – Bagi masyarakat Lampung, nama Irjen Pol. Helmy Santika, SH, SIK, MSi, mungkin tidak asing lagi. Maklum, sejak menjabat Kapolda Lampung pada 27 Maret 2023, jenderal bintang dua ini sangat intens turun ke lapangan dan berkomunikasi dengan semua pemangku kepentingan di Bumi Ruwa Jurai.
Begitu memegang tongkat komando Kapolda Lampung, Helmy Santika langsung tancap gas. Saat itu, ia harus memastikan pelayanan arus mudik dan balik Lebaran 2023 berjalan lancar. Di sisi lain, dia juga harus menuntaskan sejumlah kasus besar, terutama kasus narkoba dan perdagangan orang.
Tugas yang diemban Helmy Santika di Lampung tidak ringan. Provinsi di ujung selatan Sumatera ini termasuk wilayah yang heterogen dengan beragam suku dan budaya. Salah satunya karena provinsi ini menjadi tujuan utama program transmigrasi sejak era Orde Baru.
Kondisi geografis Lampung yang strategis menjadikan daerah ini sebagai perlintasan utama arus barang dan orang dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera dan sebaliknya. Di sini juga terdapat pelabuhan penyeberangan tersibuk di Indonesia yakni Bakauheni. Kondisi ini sering dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk transit dan bersembunyi.
Tugas berat sebagai Kapolda Lampung sejauh ini berhasil dijalankan dengan baik oleh Helmy Santika. Terbukti, tidak ada gejolak kamtibmas yang signifikan sejak ia menjabat orang nomor satu di Polda Lampung. Dia mampu merangkul semua pemangku kepentingan untuk mendukung tugas-tugas kepolisian di wilayahnya.
Keberhasilan Helmy Santika memimpin Polda Lampung tentu tidak terlepas dari pengalaman panjang dan dedikasinya sebagai seorang polisi. Lulusan Akademi Kepolisian tahun 1993 ini meyakini menjadi polisi merupakan amanah yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya.
Menurut pria kelahiran Jakarta 20 Desember 1971 ini, kunci keberhasilan dalam menjalankan tugas adalah kepercayaan. Oleh karena itu, hal pertama yang dia lakukan setiap mendapat amanah baru adalah membangun dan mempertebal kepercayaan masyarakat.
“Kepercayaan adalah modal utama dan motivasi terbesar bagi polisi dalam menjalankan tugas. Publik harus percaya dan yakin bahwa polisi dapat menjalankan tugas dengan baik. Tentunya ini harus dibuktikan oleh polisi dengan tindakan yang konkret,” ungkap mantan Kapolda Gorontalo ini.
Dalam satu kesempatan, Helmy menceritakan bagaimana upayanya meraih kepercayaan masyarakat ketika ditugaskan sebagai Kapolres Lampung Utara pada 2013-2014. “Saat itu begal dan narkoba sangat meresahkan di Lampung Utara sehingga kepercayaan masyarakat kepada polisi merosot. Karena itu, prioritas saya adalah memberantas begal dan narkoba di wilayah itu,” kata Helmy.
Tindakan nyata dan tegas ini juga yang dilakukan Helmy begitu menginjakkan kaki di Markas Polda Lampung. Baru beberapa hari menjabat, ia langsung memimpin ekspose pengungkapan kasus narkotika jenis sabu-sabu seberat 64 kg yang coba diselundupkan melalui Pelabuhan Bakauheni.
Tidak berhenti di situ, Polda Lampung di bawah kepemimpinannya berhasil membongkar jaringan narkotika lintas-negara. Selama Januari hingga Mei 2024 saja, Direktorat Reserse Narkoba Polda Lampung sudah menggulung empat jaringan narkoba internasional, salah satunya sindikat Fredy Pratama. Sedikitnya 147 kg sabu-sabu, 56 kg ganja dari 49 tersangka berhasil diamankan.
Selain tegas terhadap pelaku kejahatan, polisi dituntut kreatif dan inovatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk meraih kepercayaan masyarakat, terutama di wilayah tertentu seperti Lampung, juga membutuhkan pendekatan persuasif dan humanis. “Di sinilah polisi memainkan perannya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat,” ujarnya.
Selama karirnya sebagai polisi, Helmy Santika beberapa kali memecahkan sejumlah kasus besar, di antaranya pengungkapan kasus pembunuhan Ryan Jombang pada 2008 dan Nasrudin Zulkarnaen pada 2009.
Helmy juga mengungkap kasus suap PT Salmah Arowana Lestari pada 2010, pembunuhan William Lim, hingga pembunuhan bos PT Sanex Steel pada 2012. Begal curanmor yang menghebohkan di Lampung Utara dan kasus penculikan WN Malaysia Ling Ling di Kepulauan Riau juga pernah ia tangani.
Karir Helmy Santika dimulai sebagai pama di Polda Metro Jaya pada 1993, sebelum ditugaskan menjadi Wakapolsek Setiabudi pada 1997-1999. Pada 2001, ia ditugaskan ke Bali untuk menjabat sebagai Kapuskodalops Polres Gianyar, kemudian menjadi Kapolsek Denpasar pada 2001-2023.
Setelah itu dirinya dipindahtugaskan ke wilayah Ibu Kota untuk menjadi Kanit II/Psikotropika Polda Metro Jaya di 2003. Karir suami dari Lurya Muntari ini terus berkembang.
Ia pernah menjabat sebagai Kapolsek Metro Kebayoran Lama pada 2005, Kasat Narkoba Polres Metro Jakarta Selatan pada 2006, Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan pada 2007, dan Kasubdit Resmob Dit Reskrimum Polda Metro Jaya pada 2010.
Terakhir, Helmy Santika sempat menjabat sebagai Kasubdit Jatanras Ditreskrimum di Polda Metro Jaya pada 2011. Setelah lama berkarier di Kota Metropolitan, ia lantas mendapat mutasi untuk bertugas menjadi Kapolres Lampung Utara pada 2013.
Tak lama setelah itu, Helmy kembali harus pindah ke Pulau Jawa setelah ditunjuk menjadi Wadirreskrimum Polda Banten pada 2014, dan Kasubdit I Dittipideksus Bareskrim Polri pada 2015.
Selama bertugas di Markas Besar Polri, Helmy beberapa kali menduduki posisi strategis, antara lain Analis Kebijakan Madya Bidang Pideksus Bareskrim Polri pada 2017, Wadirtipideksus Bareskrim Polri pada 2019, Dirtipideksus Bareskrim Polri pada 2020, dan Staf Ahli Manajemen Kapolri pada 2021.
Setelah itu ayah tiga anak ini mulai dipercaya sebagai Kepala Kepolisian Daerah di wilayah Gorontalo pada 2022. Setahun kemudian dia kembali ke Lampung untuk menjadi Kapolda.
Budayawan Kidung Tirto Suryo Kusumo menilai Helmy Santika merupakan sosok polisi yang tegas namun humanis. “Masyarakat membutuhkan sosok polisi seperti ini, lurus dan berdedikasi tinggi,” ungkapnya. Dia pun menyebut Helmy Santika sebagai mister police man alias polisi tulen. (*)